Menurut kamus online Merriam-Webster, Literasi berasal
dari istilah latin 'literature' dan bahasa inggris 'letter'.
Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di dalamnya
meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi
juga mencakup melek visual yang artinya "kemampuan untuk mengenali dan
memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar)."
National Institute for Literacy, mendefinisikan Literasi sebagai "kemampuan individu untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat." Definisi ini memaknai Literasi dari perspektif yang lebih kontekstual.
Dari definisi ini
terkandung makna bahwa definisi Literasi tergantung pada keterampilan yang
dibutuhkan dalam lingkungan tertentu.Education Development Center (EDC) menyatakan
bahwa Literasi lebih dari sekedar kemampuan baca tulis. Namun lebih dari itu,
Literasi adalah kemampuan individu untuk menggunakan segenap potensi dan skill
yang dimiliki dalam hidupnya. Dengan pemahaman bahwa literasi mencakup kemampuan membaca kata dan membaca dunia. (sumber : wikipendidikan.com/pengertian-definisi-makna-literasi, diakses 28 Mei 2017)
Berdasarkan pengertian tersebut, literasi
sangat erat kaitannya dengan kegiatan membaca. Membaca yang dimaksud tidak sekedar membaca tanpa mengetahui apa yang dibaca. Dalam kehidupan sehari-hari,
kadang-kadang kita jumpai, seseorang
yang mampu membaca dengan lancar, namun saat kita tanya apa yang telah dibacanya, dia senyum-senyum saja, tak tahu isi bacaan tadi.
yang mampu membaca dengan lancar, namun saat kita tanya apa yang telah dibacanya, dia senyum-senyum saja, tak tahu isi bacaan tadi.
Hasil penelitian Programme for
International Student Assessment (PISA) mengatakan bahwa budaya literasi masyarakat Indonesia pada tahun 2012 terburuk kedua dari 65 negara yang
diteliti di dunia, yaitu di urutan 64.
Yang menjadi pertanyaan, bagaimanakah cara
menumbuhkan kegemaran membaca di kalangan siswa, anak didik kita. Apakah
mungkin, guru yang tidak suka membaca berhasil menciptakan budaya gemar membaca
untuk murid-muridnya.
Data statistik UNESCO 2012 yang menyebutkan
indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001. Artinya, setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca. Angka UNDP juga
mengejutkan bahwa angka melek huruf
orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen saja. Sedangkan Malaysia sudah 86,4 persen. (sumber : http://www.kompasiana.com/idrisapandi/guru-dan-budaya-literasi, diakses 28 Mei 2017)
orang dewasa di Indonesia hanya 65,5 persen saja. Sedangkan Malaysia sudah 86,4 persen. (sumber : http://www.kompasiana.com/idrisapandi/guru-dan-budaya-literasi, diakses 28 Mei 2017)
Kegemaran membaca bisa dibentuk di rumah
dengan lingkungan yang mendukung hal tersebut.
Guru sekolah dasar, khususnya guru kelas
rendah, dapat menciptakan pondasi agar siswanya memiliki kebiasaan gemar
membaca, misalnya dengan memberikan cerita anak untuk dibaca anak atau
mendiskusikannya bersama-sama.
Kebiasaan membaca juga akan mengasah
kepekaan kita untuk membedakan berita yang nyata atau hoax, sehingga kita tak mudah percaya pada suatu bacaan, karena cukup wawasan.
Semoga anak didik kita ke
depan makin suka membaca, yang membawa kemajuan negara kita... Bagaimana Bapak/Ibu, cara apa yang Anda terapkan supaya anak didik kita gemar membaca?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar